EKSPERIMENTASI
A.
PENGERTIAN EKSPERIMEN
Menurut Cooper and Emory (1995), eksperimen
adalah studi yang melibatkan intervensi peneliti melebihi persyaratan untuk
pengukuran.
Menurut Jogiyanto(2007), eksperimen (experiment) adalah suatu studi yang
melibatkan keterlibatan peneliti memanipulasi beberapa variabel, mengamati dan
mengobservasi efeknya.
Dari definisi ini dapat diketahui bahwa
peneliti di eksperimen tidak hanya melakukan pengukuran saja, tetapi juga
melakukan intervensi lainnya. Intervensi yang umum dilakukan adalah
memanipulasi beberapa variabel, mengamatinya dan mengobservasi efeknya terhadap
subyek yang diteliti. Variabel-variabel yang dimanipulasi atau yang diberi
treatmen adalah variabel-variabel independen dan variabel yang diamati efeknya
adalah variabel dependen.
B.
EVALUASI EKSPERIMEN
Keuntungan
Eksperimen datang lebih dekat daripada
metode pengumpulan data primer manapun untuk mencapai tujuan ini. Keuntungannya
yaitu: (1) kemampuan peneliti untuk memanipulasi variabel bebas, (2)
kontaminasi dari variabel-variabel extraneous
dapat dikontrol dengan lebih efektif daripada desain-desain lainnya, (3)
kemudahan dan biaya eksperimentasi lebih unggul dibandingkan dengan
metode-metode lain, dan (4) peniruan (replication)
atau mengulang sebuah eksperimen dengan kelompok subjek dan kondisi yang
berbeda mengarah ke penemuan tentang pengaruh rata-rata dari variabel bebas
yang berbeda dalam orang, situasi dan waktu.
Kerugian
Kepalsuan laboratorium adalah kerugian
utama metode eksperimental yang dapat disangkal. Kedua, generalisasi dari
sampel probabilitas dapat menimbulkan masalah meskipun penempatan (assignment) dilakukan secara acak.
Ketiga, meskipun ekperimentasi berbiaya rendah, banyak aplikasi eksperimentasi
jauh melampaui anggaran untuk metode-metode pengumpulan data primer lainnya.
Keempat, eksperimentasi paling efektif ditargetkan pada masalah-masalah yang
terjadi pada saat ini dan yang akan datang. Studi-studi eksperimental yang
terjadi di masa lalu adalah tidak feasible
dan studi tentang tujuan dan prediksi adalah sulit.
C.
LANGKAH-LANGKAH EKSPERIMEN
Untuk melakukan eksperimen,
langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut ini:
1.
Memilih
variabel-variabel yang relevan
Tugas
peneliti adalah menerjemahkan masalah yang tidak berbentuk manjadi pertanyaan
atau hipotesa yang paling baik menyatakan tujuan-tujuan peneliti. Dari
hipotesis-hipotesisnya, variabel-variabel independen dan dependen dapat
ditentukan. Variabel-variabel yang akan digunakan di eksperimen berhubungan
dengan hipotesis-hipotesis yang sudah dikembangkan. Jumlah variabel dalam
sebuah eksperimen dibatasi oleh anggaran proyek, alokasi waktu, ketersediaan
dari kontrol yang tepat, dan jumlah subjek yang sedang diuji. Kendala-kendala
yang harus dihadapi peneliti pada tahap ini adalah (1)memilih variabel-variabel
terbaik dalam merepresentasi konsep-konsep asli secara operasional, (2)
menentukan berapa banyak variabel yang akan diuji, dan (3) memilih atau
mendesain ukuran-ukuran yang tepat untuk variabel-variabel tersebut.
2.
Menentukan tingkat dari
treatmen
Tingkat
treatment atau tingkat variabel bebas adalah perbedaan-perbedaan yang dibuat
peneliti di antara berbagai aspek kondisi perlakuan. Tingkat-tingkat yang
menunjukkan variabel bebas sebaiknya dirancang sedemikian rupa agar mudah
dipahami dan umum.
3.
Mengontrol lingkungan
eksperimen
Variabel
extraneous perlu dikontrol, karena
berpotensi untuk mendistorsi pengaruh perlakuan pada variabel dependen. Pada
tahap ini terutama berhubungan dengan kontrol eksperimental yang menyatu dengan
lingkungan fisik dari kesperimen tersebut. Bentuk kontrol lain melibatkan
subjek dan penguji. Dua pendekatan yang mengawasi komplikasi yang tidak
diinginkan, seperti reaksi-reaksi subjek terhadap kondisi yang diharapkan dan
pengaruh penguji yaitu buta dan buta-ganda (double-blind).
Apabila subjek tidak tahu apakah mereka sedang menerima perlakuan eksperimen
maka mreka disebut buta. Apabila penguji tidak tahu apakah mereka sedang
melakukan perlakuan pada kelompok eksperimental atau pengawasannya, maka
eksperimen tersebut disebut double-blind.
4.
Memilih disain
eksperimen yang sesuai
Desain
eksperimental bertindak sebagai rencana-rencana posisional dan statistik untuk
menguji hubungan antara perlakuan eksperimental dan observasi penguji atau
titik-titik pengukuran dalam skema studi yang bersifat sementara. Pemilihan
desain yang cocok dengan tujuan penelitian meningkatkan probabilitas bahwa
perubahan yang diamati di dalam variabel dependen disebabkan oleh manipulasi
variabel-variabel bebas dan bukan faktor lain sehingga secara simultan
memperkuat kemampuan menggeneralisasi hasil-hasil di luar latar eksperimental.
Disain eksperimen yang sesuai adalah yang sesuai dengan tujuan risetnya.
Beberapa disain eksperimen yang dibahas adalah One-shot Case Study, One-group Pretest-Post-Test, Static Group
Comparison, Pretest-Post-Test Control Group, Post-Test-Only Control Group,
Completely Randomized Design, Randomized block design, Latin Square Design and
Factorial Design.
5.
Memilih dan
menempatkan subyek
Subjek
yang dipilih untuk eksperimen sebaiknya mewakili populasi yang akan
digeneralisasi oleh peneliti. Subyek-subyek perlu ditentukan jumlah dan
orangnya untuk dipilih sebagai anggota di grup treatmen dan di grup kontrol.
Pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak dan dengan pencocokan. Prosedur
untuk pengambilan sampel acak dari subjek eksperimental adalah serupa dengan
prinsip pemilihan responden untuk survei. Objek pencocokan adalah mencocokan
setiap subjek eksperimental dan subjek kontrol pada setiap karakteristik yang
digunakan dalam penelitian.
6.
Melakukan uji-pilot (pilot-test)
Uji
pilot atau tes percobaan dimaksudkan untuk menunjukan kesalahan-kesalahan dalam
desain dan kontrol yang tidak benar terhadap kondisi lingkungan atau kondisi
yang tidak ada hubungannya.
7.
Merevisi eksperimen
Berdasarkan
hasil tes percobaan, memungkinkan dilakukannya perbaikan sebelum tes final. Ini
merupakan peluang terbaik bagi peneliti untuk memperbaiki naskah, memperhatikan
masalah-masalah dengan kondisi-kondisi laboratorium dan menscan lingkungan
untuk meneliti faktor-faktor yang dapat mengacaukan hasil eksperimen.
8.
Melakukan uji
eksperimen
Bukan
berarti data dari eksperimen-eksperimen mudah dianalisis, hanya saja data itu
lebih mudah diatur karena pengaruh tingkat kondisi perlakuan, tes pendahuluan
dan pasca tes, dan struktur kelompok.
9.
Mencatat hasil
eksperimen
Hasil
dari eksperimen dapat diamati (diobservasi) dan kemudian dicatat dengan
menggunakan kertas dan pensil, direkam atau dicatat lewat interaksi dengan
komputer.
D.
VALIDITAS DALAM EKSPERIMENTASI
Meskipun ada beberapa bentuk validitas
yang berbeda, di sini hanya ada dua bentuk utama yang dibahas: validitas internal dan validitas eksternal. Masing-masing tipe
validitas ini memiliki ancaman-ancaman spesifik yang perlu kita waspadai.
v Validitas
Internal
Validitas internal (internal validity) adalah pengukuran seberapa
benar atau valid kausalitas terjadi, yaitu seberapa benar variasi di variabel
dependen diakibatkan oleh variasi dari variabel-variabel independennya. Ancaman
terhadap validitas internal dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut
ini:
1.
Sejarah (history)
Sejarah (history) adalah peristiwa-peristiwa yang
terjadi antara periode sebelum tes (pretest) dengan sesudah tes (posttest) yang
dapat mempengaruhi hasil penelitian. Selama eksperimen dilakukan, subyek
mendapat treatmen atau manipulasi. Akan tetapi, peristiwa lain dapat terjadi
selama pemberian treatmen tersebut.
2.
Maturasi (maturation)
Jika sejarah merupakan
efek peristiwa-peristiwa lain selama eksperimen yang dapat mempengaruhi hasil, maturasi (maturation) adalah efek waktu yang dapat mempengaruhi hasil
eksperimen. Karena waktu yang berlalu, maka subyek dapat berubah.
3.
Pengujian (testing)
Efek dari sebuah pengujian (testing) atau manipulasi dapat mempengaruhi hasil dari
pengujian berikutnya karena adanya proses pembelajaran. Pengalaman yang hanya
ada dalam tes pertama bisa memiliki efek pembelajaran (learning effect) yang mempengaruhi hasil-hasil dari tes kedua.
4.
Instrumentasi (instrumentation)
Instrumentasi (instrumentation) adalah efek dari
pergantian instrumen pengukur atau pengamat di eksperimen yang dapat memberikan
hasil penelitian yang berbeda. Pergantian pengamat (observer) juga dapat mengganggu hasil penelitian, karena pengamat
yang berbeda dapat memberikan hasil pengamatan yang berbeda yang tidak
konsisten. Sebaliknya pengamat yang tidak pernah diganti untuk beberapa
pengamatan juga dapat mengganggu hasil penelitian karena pengamat tersebut
dapat bosan, lelah dan penurunan mental lainnya.
5.
Seleksi (selection)
Seleksi (selection) terjadi jika subyek yang
dipilih mempunyai karakteristik yang berbeda di sampel eksperimen dengan yang
ada di sampel kontrol. Untuk memenuhi validitas internal, sampel eksperimen dan
sampel kontrol harus mempunyai karakteristik yang ekuivalen dengan yang berbeda
hanya kategori ataun treatmennya saja. Randomisasi dan pair-matching dapat mengatasi seleksi ini.
6.
Regresi (regression)
Regresi (regression) merupakan validitas internal
yang akan terancam karena nilai-nilai subyek yang kecil akan cenderung bergeser
naik menjadi nilai yang akan membesar dan sebaliknya subyek dengan nilai yang
besar akan cenderung bergeser ke nilai yang kecil. Ancaman validitas internal
dapat terjadi jika subyek di sampel-sampel dipilih berdasarkan nilai-nilai
ekstrem mereka.
7.
Mortaliti eksperimen (experiment mortality)
Mortaliti eksperimen (experiment mortality) terjadi jika
komposisi dari subyek di sampel eksperimen yang diteliti berubah selama
pengujian.
Beberapa
ancaman validitas internal dapat diatasi dengan proses randomisasi. Akan tetapi
terdapat beberapa ancaman validitas internal yang terjadi yang tidak dapat
diatasi secara randomisasi. Ancaman-ancaman validitas internal ini adalah
sebagai berikut ini:
a)
Difusi atau imitasi
perlakuan
Terjadi jika subyek di
grup eksperimen berbicara atau berkomunikasi dengan subyek di grup konterol yang
dapat mengakibatkan subyek di grup kontrol belajar terhadap treatmennya.
b)
Penyamaan berimbang (compensatory equalization)
Ancaman validitas
internal ini terjadi jika treatmen di grup treatmen sangat menarik yang dapat
membuat subyek-subyek di grup kontrol tidak puas. Jika tindakan treatmen yang
sama diberikan kepada subyek-subyek di grup kontrol untuk mengkompensasi
kekecewaan mereka, maka hasil dari eksperimen dapat terganggu.
c)
Persaingan berimbang (compensantory rivalry)
Ancaman validitas
internal ini terjadi jika subyek di grup kontrol mengetahui bahwa mereka adalah
subyek di grup kontrol tersebut. Compensantory
rivalry terjadi karena subyek di grup kontrol merasa bersaing dengan subyek
di grup treatmen dan akan menyebabkan subyek di grup kontrol bekerja lebih
keras untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
d)
Demoralisasi kemarahan
terhadap hal yang merugikan (resentful
demoralization of the disadvantaged)
Resentful
demoralization of the disadvantaged terjadi karena
treatmen yang diberikan menarik dan eksperimen itu sendiri juga obtrusif,
sehingga subyek di grup kontrol yang tidak mendapatkan treatmen tersebut merasa
tidak puas yang akibatnya dapat menurunkan kerja sama dengan hasil yang tidak
optimal.
Tabel 1.1 Ancaman
terhadap validitas internal di ekspermien
Ancaman
|
Penjelasan
|
1.
Sejarah (history)
|
1. Pengaruh
peristiwa-peristiwa lain yang terjadi antara periode pretest dan posttest.
|
2.
Maturasi (maturation)
|
2. Pengaruh
waktu yang mempengaruhi subyek.
|
3.
Pengujian (testing)
|
3. Pengaruh pengujian sebelumnya yang membuat subyek
belajar yang akan mempengaruhi pengujian selanjutnya.
|
4.
Instrumentasi (instrumentation)
|
4. Pengaruh
pergantian instrumen atau pergantian pengamat.
|
5.
Seleksi (selection)
|
5. Pengaruh
karakteristik subyek yang berbeda di grup treatmen dengan yang di grup
kontrol.
|
6.
Regresi (regression)
|
6. Pengaruh
menuju ke garis regresi yang berupa nilai ekspektasi sehingga nilai-nilai
kecil akan cenderung bergerak naik dan nilai-nilai besar akan cenderung
bergerak turun.
|
7.
Mortaliti eksperimen (experiment
mortality)
|
7. Pengaruh
perubahan komposisi subyek di grup treatmen.
|
v Validitas Eksternal
Faktor-faktor
validitas internal menyebabkan kebingungan tentang apakah perlakuan
eksperimental (X) atau faktor-faktor yang tidak ada hubungannya merupakan
sumber perbedaan eksperimental. Di antara ancaman-ancaman yang ada, berikut ini
adalah ancaman yang bersifat interaktif.
1.
Reaktivitas Pengujian pada X
Efek reaktif adalah efek yang membuat subjek sensitif
terhadap prates, sehingga mereka menanggapi stimulus eksperimental secara
berbeda.
2.
Interaksi Seleksi dan X
Proses menyeleksi subjek untuk eksperimen bisa menjadi sebuah
ancaman terhadap validitas eksternal. Populasi dari mana subjek-subjek
diseleksi mungkin tidak sama dengan populasi yang diinginkan untuk
menggeneralisasi hasil eksperimen.
3.
Faktor-Faktor Reaktif Lain
Latar eksperimental sendiri bisa memiliki efek yang
membiaskan tanggapan subjek terhadap X. Sebuah latar artifisial dengan jelas
dapat memberikan hasil-hasil yang tidak mewakili populasi yang lebih besar.
Masalah-masalah dalam validitas internal dapat diatasi dengan desain eksperimen
yang teliti, tetapi ini kurang bermanfaat untuk validitas eksternal. Validitas
eksternal adalah persoalan generalisasi, dan dalam bahasa logika, ini merupakan
proses ekstrapolasi induktif di luar data yang telah dikumpulkan.
E.
DESAIN PENELITIAN
EKSPERIMENTAL
Desain
eksperimental menunjukkan bentuk dari eksperimen yang akan dilakukan. Tujuan
dari desain eksperimental ini adalah untuk mendapatkan bentuk eksperimen yang
diinginkan sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada sehingga didapatkan bentuk
eksperimen yang tepat untuk mengontrol kontaminasi yang terjadi di hubungan
kausal antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Terdapat
tiga kelompok desain eksperimental, yaitu:(1) praeksperimen, (2) eksperimen
sejati, dan (3) eksperimen lapangan.
Sebelum
membahas masing-masing desain eksperimen tersebut, beberapa variabel dan simbol
atau notasi perlu disetujui terlebih dahulu sebagai berikut ini:
Y = variabel dependen, variabel hasil dari
treatmen
X = variabel independen, variabel yang akan
diberi treatmen
T = treatmen yang diberikan
à = arah pengaruh dari treatmen
R = proses randomisasi
P1,3,5.. = pengukuran awal di variabel dependen
sebelum pemberian treatmen
P2,4,6.. = pengukuran di variabel dependen setelah
pemberian treatmen
Desain Praeksperimental
Desain praeksperimental merupakan desain eksperimen
yang sederhana yang tidak menggunakan sampel kontrol atau jika digunakan sampel
kontrol tetapi tidak ekuivalen dengan sampel treatmennya karena item-item
sampel tidak dipilih secara random. Beberapa desain praeksperimen adalah studi
kasus satu-tembakan (one-shot case study),
desain prates-pascates satu-kelompok (one-group
Pretest-Post-Test) dan perbandingan kelompok statis (design dan Static Group
Comparison).
1)
Studi Kasus
Satu-Tembakan (one-shot case study)
Desain eksperimen ini
merupakan desain yang sangat sederhana. Subyek di treatmen diberi treatmen (T)
yang merupakan nilai di variabel independen (X) dan kemudian dilakukan
pengukuran (P) untuk melihat hasilnya di variabel dependen (Y).
Bentuk umum dari desain ini
adalah sebagai berikut:
Pemberian treatmen di
variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran di variabel
dependen (Y)
|
T
|
à
|
P2
|
Contoh penerapan desain
eksperimen ini adalah pemberian obat pelangsing tubuh pada subyek sampel
treatmen dan kemudian mengamati hasil penurunan berat badan subyek akibat obat
tersebut. Dengan demikian variabel independen X adalah obat pelangsing tubuh dan
variabel dependen Y adalah penurunan berat badan manusia.
Desain eksperimen merupakan
desain yang sangat sederhana yang tidak menggunakan pretest dan tidak menggunakan sampel kontrol. Dengan tidak adanya pretest, maka nilai awal sebelum
diberikannya treatmen tidak diketahui, sehingga efek dari treatmen tidak dapat
ditentukan kecuali jika nilai awal sebelum pretest
adalah nol. Misalnya hasil setelah diberi obat pelangsing tubuh dan subyek di
ukur berat badannya adalah sebesar P2 = 50 kg. Nilai ini bukan efek
dari obat pelangsing tubuh. Efek dari obat pelangsing tubuh seharusnya adalah
50 kg dikurangi dengan berat sebelum di beri obat, yaitu nilai pretest. Dengan tidak adanya sampel
kontrol, maka ancaman dari validitas internal dapat terjadi, yaitu akibat dari
sejarah dan maturasi.
2)
Desain
Prates-Pascates Satu-Kelompok (one-group
Pretest-Post-Test)
Desain eksperimen ini
menggunakan pretest tetapi masih
belum menggunakan sampel kontrol. Bentuk umum dari desain eksperimen ini adalah
sebagai berikut:
Pengukuran sebelum treatmen
|
à
|
Pemberian treatmen di
variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran di variabel
dependen (Y)
|
P1
|
à
|
T
|
à
|
P2
|
Contoh sebelumnya tentang
pemberian obat pelangsing tubuh kepada subyek sampel eksperimen. Setelah diberi
obat pelangsing tubuh, berat badan subyek diukur sebesar P2 = 45 kg.
Dengan adanya pretest, subyek diukur
terlebih dahulu sebelum diberi treatmen, yaitu sebesar P1, misalnya
adalah sebesar 55 kg. Untuk sementara dapat disimpulkan bahwa obat pelangsing
tubuh telah membuat berat badan subyek menurun sebesar (P2 – P1)
atau sebesar (45 kg – 55 kg) = 10 kg. Dengan tanpa adanya sampel kontrol, maka
sangat sulit dipastikan bahwa penurunan berat badan 10 kg ini bukan karena
variabel ekstrani. Jika subyek di sampel kontrol tidak menurunkan berat
badannya karena tidak mendapatkan treatmen, maka dapat dipastikan penurunan 10
kg tersebut akibat obat pelangsing tubuh. Akan tetapi jika subyek di sampel
kontrol juga turun sebesar 10 kg . maka dapat disimpulkan bahwa penurunan 10 kg
ini bukan akibat obat pelangsing tubuh tetapi akibat variabel ekstrani.
Dengan tidak menggunakannya
sampel kontrol, validitas internal terancam. Ancaman ini datang dari akibat
sejarah dan maturasi.
3)
Perbandingan
Kelompok Statis (design dan Static Group Comparison)
Desain eksperimen ini
menggunakan dua grup, yaitu sampel treatmen dan sampel kontrol, tetapi tidak
menggunakan pretest. Bentuk umum dari
desain eksperimen ini adalah sebagai berikut:
Grup
|
Pemberian treatmen di
variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran variabel
dependen (Y)
|
Treatmen
|
T
|
à
|
P2
|
Kontrol
|
P4
|
Walaupun desain ini
menggunakan sampel kontrol, tetapi dari treatmen masih sulit diukur. Jika
sampel treatmen dan sampel kontrol adalah ekuivalen (dipilih secara random atau
dengan pair-matching), maka efek dari
treatmen adalah (P2-P4).
Misalnya subyek-subyek di
sampel treatmen dan di sampel kontrol mempunyai berat badan awal yang
ekuivalen. Yang membedakan antara kedua grup ini adalah satu mendapat treatmen
dan satu tidak mendapat treatmen. Setelah diberi treatmen, berat badan subyek
adalah 48 kg (P2) dan sampel kontrol yang tidak mendapat kontrol
treatmen, berat badan subyek setelah ditimbang adalah 50 kg (P4),
maka efek dari obat adalah menurunkan berat badan sebesar (P2 – P4)
atau sebesar (48 kg – 50 kg) atau sebesar 2 kg.
Dengan tidak dipilihnya
subyek-subyek di grup kontrol yang ekuivalen dengan subyek-subyek di grup
treatmen, maka validitas internal dapat terancam. Ancaman ini berasal dari
seleksi (selection).
Desain Eksperimental Sejati
Jika di pre-experiment tidak digunakan sampel
kontrol atau jika digunakan sampel kontrol tetapi tidak ekuivalen dengan sampel
treatmen karena item-item sampelnya tidak dipilih secara random, maka di
eksperimental sejati digunakan sampel kontrol yang ekuivalen dengan sampel
treatmen. Ekuivalensi antara ke dua sampel dapat dilakukan dengan cara
randomisasi atau pair-matching.
1)
Desain Kelompok
Kontrol Prates-Pascates (Pretest-Post-Tese
Control Group)
Desain ini menggunakan pre-test
dan sampel kontrol atau grup kontrol. Perbedaannya adalah grup kontrol di
eksperimen-betulan (true-experiment)
ini ekuivalen dengan grup treatmennya dengan cara randomisasi, yaitu subyek
dipilih secara random (diberi simbol R). Bentuk umum dari desain ini adalah
sebagai berikut ini:
Grup
|
Randomisasi
|
Pengukuran sebelum treatmen
|
à
|
Pemberian treatmen di variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran di variabel dependen (Y)
|
Treatmen
|
R
|
P1
|
à
|
T
|
à
|
P2
|
Kontrol
|
R
|
P3
|
à
|
à
|
P4
|
Efek dari eksperimen ini adalah (P2-P1)
- (P4-P3) atau (P2-P4) - (P3-P1).
Misalnya eksperimen memberikan obat pelangsing tubuh kepada grup treatmen
tetapi tidak pada grup kontrol. Hasil dari eksperimen ini misalnya adalah
sebagai berikut:
Grup
|
Randomisasi
|
Rata-rata berat badan sebelumnya
|
à
|
Pemberian treatmen berupa obat pelangsing tubuh
|
à
|
Rata-rata berat badan setelah treatmen
|
Treatmen
|
R
|
55 kg
|
à
|
Diberi obat
|
à
|
45 kg
|
Kontrol
|
R
|
55 kg
|
à
|
à
|
50 kg
|
Efek dari obat pelangsing tubuh adalah sebesar (45 kg – 55
kg) – (50 kg – 55 kg) = 5 kg. Karena subyek dipilih secara random dan digunakan
grup kontrol, maka efek sejarah dan maturasi tidak terjadi. Efek dari sejarah
dan maturasi yaitu sebesar (50 kg – 55 kg) = 5 kg tertangkap di grup kontrol.
Efek total setelah treatmen, yaitu sebesar 10 kg yaitu (45 kg – 55 kg) di grup
treatmen terdiri dari dua komponen. Komponen yang pertama adalah efek sejarah
sebesar 5 kg yaitu akibat peristiwa lain dan efek dari treatmennya yaitu
sebesar 5 kg. Akan tetapi, karena
dilakukan pengukuran dua kali, yaitu pre-test
dan post-test, maka validitas
internal dapat terancam lewat testing dan instrumentation.
2)
Desain Kelompok
Kontrol Hanya Pascates (Post-Test-Only
Control Group)
Jika subyek di grup treatmen
dan grup kontrol sudah dipilih secara random atau secara padanan-sepasang (pair-matching), sehingga kedua grup
ekuivalen, maka pretest sudah tidak
diperlukan lagi, karena niali awal kedua grup adalah ekuivalen. Bentuk umum
dari desain eksperimen ini adalah sebagai berikut:
Grup
|
Randomisasi
|
Pemberian treatmen di variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran di variabel dependen (Y)
|
Treatmen
|
R
|
T
|
à
|
P2
|
Kontrol
|
R
|
à
|
P4
|
Efek dari eksperimen adalah
sebesar (P2 – P4). Untuk kasus pemberian obat pelangsing
tubuh sebelumnya, maka efek dari obat pelangsing tubuh adalah sebesar (48 kg – 50
kg) = 2 kg.
Karena digunakan grup
treatmen dan grup kontrol yang subyeknya dipilih secara random atau secara
padanan-sepasang (pair-matching),
maka efek sejarah, maturasi, seleksi dan regresi terkontrol. Efek dari testing berkurang karena subyek hanya
diukur sekali saja yaitu post-test.
Ekstension dari Desain Eksperimental Sejati
Istilah
faktor (factor) banyak digunakan di
ekstension dari desain eksperimental sejati. Faktor (factor) adalah nilai yang diberikan di variabel independen. Faktor
terdiri dari faktor-faktor aktif (active
factors) dan faktor-faktor blokan (blocking
factors). Faktor-faktor aktif (active
factors) adalah faktor-faktor yang nilai tingkatannya diberikan lewat
treatmen. Faktor-faktor blokan (blocking
factors) adalah faktor-faktor yang nilai tingkatannya sudah ada, misalnya
laki-laki dan perempuan, besar dan kecil lainnya.
1)
Desain yang Diacak
dengan Sempurna (Completely Randomized
Design)
Desain ini didasarkan pada beberapa grup atau sampel yang
dipilih berdasarkan faktor aktif, yaitu faktor yang nilainya diberikan lewat
treatmen. Misalnya faktor aktif adalah arisan sebagai berikut ini:
Grup berdasarkan faktor aktif -
arisan
|
Randomisasi
|
Pengukuran sebelum treatmen
|
à
|
Pemberian treatmen di variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran di variabel dependen (Y)
|
Rp 100.000,00
|
R
|
P1
|
à
|
T1
|
à
|
P2
|
Rp 200.000,00
|
R
|
P3
|
à
|
T2
|
à
|
P4
|
Rp 300.000,00
|
R
|
P5
|
à
|
T3
|
à
|
P6
|
Rp 400.000,00
|
R
|
P7
|
à
|
T4
|
à
|
P8
|
Tujuan dari contoh
eksperimen ini adalah untuk mengetahui efek dari arisan terhadap indeks kinerja
ibu-ibu. Empat macam bentuk arisan tersedia, yaitu sebesar Rp 100.000,00, Rp
200.000,00, Rp 300.000,00, Rp 400.000,00. Oleh karena itu, subyek dikelompokkan
ke dalam empat. Misalnya dipilih 20 subyek dan masing-masing grup dapat berisi
5 subyek yang dipilih secara random. Masing-masing grup diukur nilai awalnya
terlebih dahulu berupa nilai prestasi awal yaitu (P1, P3,
P5 dan P7) masing-masing untuk grup pertama, kedua,
ketiga dan keempat. Treatmen kemudian diberikan untuk masing-masing grup. Grup
berdasarkan faktor diberi treatmen berupa arisan sebesar Rp 100.000,00 (T1),
grup kedua diberi treatmen berupa arisan sebesar Rp 200.000,00 (T2),
grup ketiga diberi treatmen berupa arisan sebesar Rp 300.000,00 (T3)
dan grup keempat diberi treatmen berupa arisan sebesar Rp 400.000,00 (T4).
Setelah diberi treatmen, untuk beberapa waktu setelahnya, nilai indeks kinerja
masing-masing grup diukur kembali, yaitu (P2, P4, P6
dan P8) masing-masing untuk grup pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Hasil dari eksperimen adalah (P2 – P1), (P4 –
P3), (P6 – P5) dan (P8 – P7)
masing-masing untuk grup pertama, kedua, ketiga dan keempat.
2)
Desain Blok yang
Diacak (Randomized Block Design)
Desain ini menggunakan dua buah faktor, yaitu faktor aktif
yang berupa treatmennya dan faktor blokan yang merupakan nilai variabel
ekstrani. Efek dari variabel ekstrani seharusnya sudah tidak berpengaruh jika
subyek di masing-masing grup dipilih secara random. Akan tetapi jika sampel
kecil, kemungkinan randomisasi tidak tercapai, sehingga variabel ekstrani perlu
dikontrol tersendiri. Misalnya faktor aktif yang membagi ke dalam 4 grup
eksperimen adalah arisan dan faktor blokan adalah pekerjaan ibu-ibu (ibu RT dan
pegawai), sehingga bentuk dari desain ini adalah sebagai berikut ini:
Faktor
Blokan - Pekerjaan
|
|||||||||||
Ibu
RT
|
Pegawai
|
||||||||||
Grup
berdasarkan Faktor Aktif - Arisan
|
Randomisasi
|
Pengukuran
Sebelum teratmen
|
à
|
Pemberian treatmen
di variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran
di variabel dependen (Y)
|
Pengukuran
sebelum treatmen
|
à
|
Pemberian treatmen
di variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran di
variabel dependen (Y)
|
Rp
100.000,00
|
R
|
P1
|
à
|
T1
|
à
|
P2
|
P9
|
à
|
T1
|
à
|
P10
|
Rp
200.000,00
|
R
|
P3
|
à
|
T2
|
à
|
P4
|
P11
|
à
|
T2
|
à
|
P12
|
Rp
300.000,00
|
R
|
P5
|
à
|
T3
|
à
|
P6
|
P13
|
à
|
T3
|
à
|
P14
|
Rp
400.000,00
|
R
|
P7
|
à
|
T4
|
à
|
P8
|
P15
|
à
|
T4
|
à
|
P16
|
Perhatikan perbedaan antara faktor aktif yaitu berupa nilai
arisan yang diberikan sebagai treatmen di masing-masing grup dan faktor blokan
berupa pekerjaan ibu-ibu (ibu RT dan pegawai) yang tidak diberikan sebagai
treatmen tetapi memang sudah ada. Tujuan eksperimen dari bentuk desain ini
adalah untuk melihat efek arisan yang berbeda terhadap indeks kinerja ibu-ibu
dan untuk melihat apakah pekerjaan juga mempengaruhi hasil penelitian. Hasil
dari eksperimen untuk ibu RT adalah (P2 – P1), (P4
- P3), (P6 – P5) dan (P8 - P7)
berturut-turut untuk grup yang mendapat arisan sebesar Rp 100.000,00, Rp
200.000,00, Rp 300.000,00 dan Rp 400.000,00. Untuk pegawai, hasil dari
eksperimen adalah (P10 – P9), (P12 – P11),
(P14 – P13) dan (P16 – P15)
berturut-turut untuk grup yang mendapat arisan sebesar Rp 100.000,00, Rp
200.000,00, Rp 300.000,00 dan Rp 400.000,00.
3)
Desain Empat Persegi
Latin (Latin Square Design)
Desain ini menggunakan dua faktor blokan dengan jumlah kolom
dan baris yang sama jumlahnya. Misalnya faktor blokan pertama adalah besarnya
penghasilan dan faktor blokan kedua adalah potensi pembicaraan dalam arisan.
Penelitian ini ingin membuktikan apakah besarnya arisan (treatmen yang
diberikan) mempunyai efek terhadap indeks kinerja ibu-ibu dengan memperhatikan
besarnya penghasilan dan potensi pembicaraan dalam arisan. Untuk contoh ini,
treatmen arisan dikelompokkan ke dalam tiga macam treatmen, yaitu arisan rendah
(T1), arisan sedang (T2) dan arisan tinggi (T3).
Besarnya penghasilan dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang
dan tinggi. Nilai potensi pembicaraan dalam arisan juga dikelompokkan ke dalam
tiga kategori yaitu cukup, baik dan memuaskan. Dengan demikian jumlah kolom dan
jumlah baris dalam desain ini adalah sama, yaitu sebanyak tiga kolom dan tiga
baris, sehingga dihasilkan sebanyak 9 sel.
Treatmen kemudian diberikan kepada masing-masing sel secara
random tetapi treatmen yang sama tidak boleh muncul lebih dari sekali untuk
baris atau kolom yang sama. Batasan ini yang membuat desain ini harus simetris
mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama. Misalnya untuk baris pertama
(besarnya penghasilan rendah) dan kolom pertama (nilai potensi pembicaraan
masuk cukup) secara random terpilih treatmen T3 (arisan besar),
kolom kedua (nilai potensi pembicaraan masuk baik) secara random terpilih
treatmen T1 (arisan kecil), maka kolom ketiga (nilai potensi
pembicaraan masuk memuaskan) harus diberi treatmen T2 (arisan
sedang), karena treatmen yang lainnya, yaitu T3 dan T1 sudah
diberikan ke kolom-kolom lainnya. Demikian juga untuk baris kedua dan ketiga
untuk masing-masing kolomnya tidak ada treatmen yang sama sebagai berikut ini:
Grup
berdasarkan Faktor Blokan – Besarnya Penghasilan
|
Faktor
Blokan – Nilai potensi pembicaraan dalam arisan
|
||||||||||||||
Cukup
|
Baik
|
Memuaskan
|
|||||||||||||
Pengukuran sebelum treatmen
|
à
|
Pemberian treatmen di variabel
independen (X)
|
à
|
Pengukuran di variabel dependen (Y)
|
Pengukuran sebelum treatmen
|
à
|
Pemberian treatmen di variabel
independen (X)
|
à
|
Pengukuran di variabel dependen (Y)
|
Pengukuran sebelum treatmen
|
à
|
Pemberian treatmen di variabel
independen (X)
|
à
|
Pengukuran di variabel dependen (Y)
|
|
Rendah
|
P1
|
à
|
T3
|
à
|
P2
|
P7
|
à
|
T1
|
à
|
P8
|
P13
|
à
|
T2
|
à
|
P14
|
Sedang
|
P3
|
à
|
T2
|
à
|
P4
|
P9
|
à
|
T3
|
à
|
P10
|
P15
|
à
|
T3
|
à
|
P16
|
Tinggi
|
P5
|
à
|
T1
|
à
|
P6
|
P11
|
à
|
T2
|
à
|
P12
|
P17
|
à
|
T1
|
à
|
P18
|
4)
Desain Faktorial (Factorial Design)
Jika di desain empat persegi latinmenggunakan dua buah faktor
blokan, maka di desain faktorial menggunakan dua buah faktor aktif. Dengan
demikian desain ini menggunakan dua buah treatmen sekaligus untuk tiap-tiap
selnya. Misalnya faktor aktif yang pertama adalah besarnya iuran arisan yang
terdiri dari tiga kategori, yaitu arisan kecil, sedang dan besar. Faktor aktif
kedua adalah penjelasan yang diberikan tentang iuran arisan tersebut yang
dikelompokkan ke dalam diberi penjelasan dan tidak diberi penjelasan. Bentuk
dari desain ini adalah sebagai berikut:
Grup
berdasarkan Faktor Aktif – arisan
|
Faktor
Aktif - Penjelasan
|
|||||||||
Diberi
penjelasan
|
Tidak
diberi penjelasan
|
|||||||||
Pengukuran
sebelum treatmen
|
à
|
Pemberian treatmen
di variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran
di variabel dependen (Y)
|
Pengukuran
sebelum treatmen
|
à
|
Pemberian treatmen
di variabel independen (X)
|
à
|
Pengukuran di
variabel dependen (Y)
|
|
Kecil
|
P1
|
à
|
TBS1
TP1
|
à
|
P2
|
P9
|
à
|
TBS1
TP2
|
à
|
P10
|
Sedang
|
P3
|
à
|
TBS2
TP1
|
à
|
P4
|
P11
|
à
|
TBS2
TP2
|
à
|
P12
|
Besar
|
P5
|
à
|
TBS3
TP1
|
à
|
P6
|
P13
|
à
|
TBS3
TP2
|
à
|
P14
|
Treatmen arisan
terdiri dari pemberian iuaran arisan kecil (TBS1), iuran arisan
sedang (TBS2) dan iuran arisan besar (TBS3). Treatmen
penjelasan diberikan sehubungan dengan arisan terdiri dari diberi treatmen
penjelasan (TP1) dan tidak diberi treatmen penjelasan (TP2).
Tiap-tiap sel mendapatkan kombinasi treatmen-treatmen ini. Misalnya sel di
baris pertama dan kolom pertama akan mendapatkan treatmen TBS1 dan
TP1, sel di baris pertama dan kolom kedua akan mendapatkan treatmen
TBS1 dan TP2 dan seterusnya.
5)
Analisis Kovarians
Dengan pengacakan, orang bisa mengemukakan bahwa pengukuran
“sebelum” menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan rata-rata di antara
kelompok eksperimental dengan kelompok kontrol. Dengan analisis kovarians,
orang dapat menyesuaikan secara statistik untuk perbedaan “sebelum” ini.
Eksperimen Lapangan:Quasi-Eksperimen atau
Semi-Eksperimen
Di bawah
kondisi-kondisi lapangan, kita seringkali tidak dapat mengontrol
variabel-variabel extraneous atau
perlakuan eksperimental untuk menggunakan desain eksperimental sejati. Karena
kondisi-kondisi stimulus terjadi di dalam lingkungan alamiah, eksperimen
lapangan dibutuhkan.
Dalam quasi-eksperimen (eksperimen
pura-pura), kita acapkali tidak dapat mengetahui kapan atau kepada siapa
mengekspos perlakuan eksperimental. Tetapi, biasanya kita dapat memutuskan kapan
dan siapa untuk ukuran. Quasi-eksperimen adalah inferior terhadap desain
eksperimental sejati, tetapi biasanya superior untuk desain praeksperimental.
1)
Desain Kelompok
Kontrol Nonekuivalen
Desain ini adalah desain quasi-eksperimental yang kuat dan
banyak dipakai. Ada dua variasi. Yang satu adalah desaine ekuivalen yang utuh dimana keanggotaan kelompok
eksperimental dan kelompok kontrol dirakit secara alami. Variasi kedua, desain kelompok eksperimental yang
dipilih-sendiri, adalah lebih lemah karena para sukarelawan direkrut ke
bentuk kelompok eksperimental, sedangkan subjek yang bukan sukarelawan
digunakan untuk kontrol. Jika hasil-hasil prates adalah berbeda secara
signifikan, ada sebuah pertanyaan tegas tentang kemampuan perbandingan (comparability) yang dimiliki
kelompok-kelompok itu.
2)
Desain
Prates-Pascates Sampel Terpisah
Desain ini merupakan desain yang paling aplikatif bila kita
tidak dapat mengetahui kapan dan untuk siapa perlakuan diberlakukan tetapi
dapat memutuskan kapan menetapkan ukuran dan untuk siapa. Sejarah dapat
mengacaukan hasil eksperimen, tetapi dapat diatasi dengan mengulang studi
tersebut di waktu lain dalam setting
yang lain. Sebaliknya, sejarah dianggap superior terhadap eksperimen sejati
dalam validitas eksternal. Kekuatannya diakibatkan oleh keberadaannya sebagai
eksperimen lapangan di mana sampel-sampel biasanya diambil dari populasi ke
eksperimen yang kita harapkan dapat menggeneralisasi penemuan kita.
3)
Desain Deret Berkala
Kelompok
Sebuah deret berkala (time
series) memperkenalkan observasi yang diulang sebelum dan sesudah perlakuan
dan mengizinkan subjek untuk bertindak berdasarkan kemauannya sendiri. Desain
kelompok perlakuan tunggal ini memiliki pengukuran sebelum dan setelah sebagai
satu-satunya kontrol. Format deret berkala khususnya bermanfaat dimana secara
reguler menjaga catatan-catatan merupakan bagian lingkungan yang alami dan
tidak mungkin bersifat reaktif. Pendekatan deret berkala adalah cara yang baik
untuk mempelajari kejadian-kejadian yang tidak direncanakan dalam cara ex post facto.
Masalah validitas internal untuk desain ini adalah sejarah.
Untuk mengurangi risiko, kita simpan sebuah catatan dari faktor-faktor extraneous selama eksperimen berlangsung
dan berupaya menyesuaikan hasil-hasilnya untuk merefleksikan pengaruhnya.
No comments:
Post a Comment